Selamat Datang di website resmi IJABI (Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia)
Dengan mengambil berkah pada sabda Nabi Saw., “Perumpamaan Ahlulbait seperti bahtera Nuh as. (dikala taufan dan banjir). Barangsiapa menaiki bahtera itu selamat. Barangsiapa yang meninggalkannya tenggelam dan terhempas”; kami membentuk Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia sebagai bahtera keselamatan kami.
5 Pilar IJABI
1. Islam Rasional dan Spiritual
2. Non Sektarianisme dan Dahulukan Akhlak di atas Fikih
3. Islam Pluralis
4. Islam Madani
5. Pembelaan Terhadap Kaum Mustadh'afin
2. Non Sektarianisme dan Dahulukan Akhlak di atas Fikih
3. Islam Pluralis
4. Islam Madani
5. Pembelaan Terhadap Kaum Mustadh'afin
Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) merupakan salah satu ormas Islam (seperti halnya Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang telah lebih dahulu lahir). Tanggal 1 Juli 2000, Gedung Asia Afrika Bandung, yang pernah menjadi saksi sejarah berkumpulnya bangsa-bangsa Asia Afrika pada Konferensi Asia Afrika, kembali menjadi saksi sejarah lahirnya ormas baru yang mengusung semangat yang sama, pembebasan dan pencerahan. Dipimpin oleh Prof.Dr. KH. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc salah seorang intelektual muslim terkemuka Indonesia, IJABI lahir dengan maksud untuk menghimpun para pencinta keluarga suci Nabi Saw, apapun mazhabnya.
Pada periode awal, IJABI yang dipimpin oleh KH. DR. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc (sebagai Ketua Dewan Syura) dan DR. Ir. Dimitri Mahayana, M.Eng (sebagai Ketua Umum Tanfidziyah) ingin menegakkan kembali semangat Asia Afrika dalam konteks pemberdayaan mustadh’afin dan pencerahan intelektual di Indonesia. Seperti dituturkan Ustadz Jalal (sapaan untuk Ketua Dewan Syura IJABI), komitmen IJABI adalah ikut serta dalam renaissance Islam dan pencerahan pemikiran umat serta pembelaan atas nasib kaum tertindas (mustadh’afin). Pencerahan pemikiran, yaitu membangun pemahaman keberagamaan yang inklusif, tidak simbolik tapi substantif, serta mendukung kebebasan berpikir dan toleransi.
Para pendiri IJABI sadar bahwa bumi Indonesia tempat di mana jutaan pecinta Ahlulbait (Keluarga Suci) Nabi Saw. berdiam adalah negeri dengan sejuta keragaman. Para pendiri IJABI juga sadar bahwa seluruh komponen yang menjadi bagian dari ke-Bhinneka-an Indonesia adalah kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Konsep Negara Kesatuan RI dengan seluruh kekayaan khasanahnya yang beragam (agama, suku, budaya, dan lain-lain) menjadi kenyataan historis yang tidak tergantikan.
Karena itu, di tengah euforia reformasi yang mulai melupakan nilai-nilai Pancasila, IJABI berusaha ‘mengembalikan’ Pancasila sebagai modus vivendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Seminar dan Lokakarya Nasional yang dilaksanakan IJABI bekerjasama dengan WANTANAS (Dewan Pertahanan Nasional) tentang “Pancasila sebagai modus vivendi kehidupan berbangsa dan bernegara” beberapa waktu lalu menjadi salah satu upaya IJABI untuk meneguhkan kembali komitmen tersebut.
Dalam berbagai program kerjanya, IJABI selalu berusaha mengaktualisasikan nilai-nilai keislaman yang menghargai pluralitas dengan pendekatan kultural. Penekanan pada prinsip-prinsip “kemuliaan akhlak” dan penghargaan pada keragaman (pluralitas) menjadi ciri khas IJABI dalam merealisasikan berbagai programnya. Dengan pendekatan tersebut, IJABI ingin ikut serta dalam upaya membangun kehidupan keberagamaan yang toleran dan menghindari radikalisme keagamaan yang cenderung menampakkan wajah agama yang penuh kebencian dan permusuhan.
Para pendiri IJABI sadar bahwa bumi Indonesia tempat di mana jutaan pecinta Ahlulbait (Keluarga Suci) Nabi Saw. berdiam adalah negeri dengan sejuta keragaman. Para pendiri IJABI juga sadar bahwa seluruh komponen yang menjadi bagian dari ke-Bhinneka-an Indonesia adalah kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Konsep Negara Kesatuan RI dengan seluruh kekayaan khasanahnya yang beragam (agama, suku, budaya, dan lain-lain) menjadi kenyataan historis yang tidak tergantikan.
Karena itu, di tengah euforia reformasi yang mulai melupakan nilai-nilai Pancasila, IJABI berusaha ‘mengembalikan’ Pancasila sebagai modus vivendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Seminar dan Lokakarya Nasional yang dilaksanakan IJABI bekerjasama dengan WANTANAS (Dewan Pertahanan Nasional) tentang “Pancasila sebagai modus vivendi kehidupan berbangsa dan bernegara” beberapa waktu lalu menjadi salah satu upaya IJABI untuk meneguhkan kembali komitmen tersebut.
Dalam berbagai program kerjanya, IJABI selalu berusaha mengaktualisasikan nilai-nilai keislaman yang menghargai pluralitas dengan pendekatan kultural. Penekanan pada prinsip-prinsip “kemuliaan akhlak” dan penghargaan pada keragaman (pluralitas) menjadi ciri khas IJABI dalam merealisasikan berbagai programnya. Dengan pendekatan tersebut, IJABI ingin ikut serta dalam upaya membangun kehidupan keberagamaan yang toleran dan menghindari radikalisme keagamaan yang cenderung menampakkan wajah agama yang penuh kebencian dan permusuhan.
|
|